Jumat, 02 November 2012

Isaac Newton


Isaac Newton

            Kepribadian Isaac Newton bukanlah kepribadian yang menyenangkan. Pergaulannya dengan rekan-rekan akademisnya buruk. Sebagian besar masa menjelang akhir hayatnya diisi dengan perdebatan yang seru. Menyusul terbitnya Principia Mathematica, Newton menanjak sebagai tokoh terkemuka. Buku itu pasti buku paling berpengaruh dalam bidang fisika. Ia diangkat menjadi ketua Royal Society dan merupakan ilmuwan pertama yang diningratkan.
            Segera Newton bersengketa dengan astronom kerajaan, John Flamsteed, yang sebelumnya memberinya data yang sangat diperlukan untuk buku Principia. Sejak itu Flamsteed menahan informasi yang diinginkan Newton. Newton tidak mau mundur. Ia berusaha agar dirinya diangkat dalam dewan pimpinan Observatorium Kerajaan dan kemudian memaksa agar data itu segera diterbitkan. Akhir-akhirnya ia mengatur agar karya Flamsteed dapat disita dan disiapkan untuk diterbitkan oleh musuh bebuyutan Flamsteed, Edmon Halley. Tetapi Flamsteed mengadu ke pengadilan, dan nyaris gagal memenangkan perintah pengadilan untuk melarang penyebaran karya curian itu. Newton naik pitam dan membalas dengan menghapus secara sistematis nama Flamsteed dari dalam edisi baru Principia.
            Sengketa yang lebih serius timbul dengan filsuf Jerman, Gottfried Leibniz. Baik Leibniz maupun Newton secara terpisah mengembangkan cabang matematika yang disebut kalkulus. Cabang ini mendasari kebanyakan fisika modern. Meskipun sekarang kita tahu bahwa Newton menemukan kalkulus bertahun-tahun sebelum Leibniz, ia menerbitkannya jauh kemudian. Terjadilah debat besar antara dua kubu, mengenai siapa yang lebih dahulu menemukan kalkulus. Kedua kelompok pendukung membela jagoannya dengan berapi-api. Namun mencolok bahwa kebanyakan karangan yang membelah Newton, naskah aslinya ditulis tangan oleh Newton sendiri- dan hanya diterbitkan atas nama teman-temannya! Setelah perdebatan sampai pada puncaknya, Leibniz membuat langkah keliru dengan meminta Royal Society memecahkan sengketa itu. Sebagai ketua, Newton mengangkat panitia yang “tidak memihak” untuk menyelidiki. Kebetulan anggota panitia seluruhnya adalah teman-teman Newton! Tetapi itu belum semua: kemudian Newton menulis sendiri laporan panitia itu dan menyuruh Royal Society menerbitkan laporan, yang secara resmi menuduh Leibniz menyontek. Masih belum puas, ia kemudian menulis sendiri tinjauan ulang sacara anonim mengenai laporan itu dalam majalah Royal Society. Setelah Leibniz  meninggal konon Newton menyatakan bahwa ia puas sekali telah “mematahkan hati Leibniz”.
            Selama periode kedua sengketa itu, Newton telah meninggalkan Cambridge dan dunia akademis. Ia aktif dalam politik anti-Katolik di Cambridge dan kemudian dalam parlemen. Akhirnya ia memperoleh satu kedudukan basah sebagai Pengawas Pabrik Uang Kerajaan. Di sini ia memanfaatkan bakat serta sarkasmenya dalam cara yang lebih dapat diterima dalam pergaulan. Misalnya ia berhasil dalam berkampanya melawan pemalsuan uang, dan bahkan berhasil mengusahakan beberapa orang dihukum gantung.


Sumber: Hawking, Stephen. 1994. Riwayat Sang Kala. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti